Mitos dan fakta mengenai mata rabun
Banyak mitos yang berkembang sekitar kesehatan mata. Bagaimanakah kebenarannya? Inilah penjelasan Dr Ricky Roroh, SpM dari Klinik Mata Nusantara.
Mitos : Mengkonsumsi wortel sehari-hari bakal bikin mata sehat, pandangan jernih, serta menghindar rabun jauh.
Kenyataan : Wortel memiliki kandungan karoten yang berguna untuk kesehatan mata. Namun sumber karoten bukan sekedar wortel. Buah lain seperti pepaya serta mangga juga memiliki kandungan karoten yang tinggi, bahkan juga buah merah dari Papua yang tengah trend sekarang ini sudah di teliti memiliki kandungan karoten yang tambah lebih tinggi dari buah-buah yang lain. Jadi, walau wortel berguna untuk kesehatan mata, tak perlu mengkonsumsinya sehari-hari. Sumber karoten dapat diselang-seling dengan buah-buah yang lain dalam jumlah seperlunya.
Orang juga berasumsi sayuran yang memiliki kandungan vitamin A ini bertindak besar dalam manfaat pandangan manusia. Namun sesungguhnya vitamin A yang ada pada wortel semakin banyak bertindak pada metabolisme beberapa sel saraf yang ada di retina. Jadi, banyak makan wortel juga tidak bisa menghindar menambahnya/kurangi jumlah minus/plus/silinder lensa kacamata anak. Tujuannya, bila pangkal kekeliruan berlangsung pada system optik pasti vitamin A tak dapat melakukan perbaikan situasi itu. Sama juga dengan kamera yang lensanya telah tak konsentrasi. Film dengan merk apapun yang digunakan terus bakal membuahkan gambar buram.
Mitos : Membaca sembari tiduran mengakibatkan rabun jauh.
Kenyataan : Mitos ini tak benar. Seorang yang telah mempunyai kecenderungan rabun jauh, umpamanya dalam keluarga hampir seluruhnya menanggung derita rabun jauh, walau tak pernah membaca sembari tiduran, tetap harus punya potensi terserang rabun jauh. Sebagai permasalahan dalam kesibukan ini yaitu jika jarak baca terlampau dekat. Seperti di ketahui membaca sembari tidur umumnya bikin jarak buku dengan mata semakin lama semakin dekat hingga mata dipaksa untuk selalu konsentrasi dalam jarak yg tidak ideal. Bukan sekedar sembari tiduran, membaca sembari duduk atau berdiri sekalipun bila jaraknya kurang dari 12 inci (seputar 30 cm) bikin mata cepat capek hingga dalam periode panjang dapat mengakibatkan masalah rabun jauh.
Mitos : Membaca dengan sinar remang-remang mengakibatkan rabun jauh.
Kenyataan : Membaca dalam ruangan yang penerangannya kurang bikin mata cepat capek. Seperti laiknya lihat dalam gelap, mata mesti berakomodasi optimal agar object bisa tampak. Waktu membaca baiknya penerangan dalam ruang itu cukup, tambah baik lagi bila sinar datang dari arah belakang anak. Tidak cuma remang-remang, sinar yang terlalu berlebih juga sama tidak seperti untuk kesehatan mata.
Mitos : Lihat laut/panorama hijau bisa mengobati rabun jauh.
Kenyataan : Seperti otot-otot yang lain, otot mata juga perlu relaksasi. Juga sebagai deskripsi, seorang yang duduk terlampau lama pinggangnya bakal merasa pegal-pegal. Sekian perihal dengan mata. Bila mata dipakai untuk lihat satu konsentrasi yang sama kurun waktu lama, umpamanya membaca buku yang tidak tipis, bakal merasa sangatlah capek. Karenanya dianjurkan lihat titik paling jauh juga sebagai relaksasi otot mata. Tak mesti lihat laut/panorama hijau, yang utama lihat titik paling jauh. Serta yang perlu diingat, aktivitas ini bukanlah untuk mengobati rabun jauh tetapi sebatas juga sebagai relaksasi otot mata.
Mitos : Kacamata mesti digunakan terus-menerus agar minus mata tak jadi tambah.
Kenyataan : Mitos ini sekalipun tak benar. Seseorang dengan masalah rabun jauh bakal kesusahan lihat tanpa ada kacamata. Tersebut penyebab kacamata mesti digunakan. Namun sudah pasti tak di tiap-tiap peluang kacamata mesti digunakan selalu. Menambahnya minus dikarenakan jarak retina ke lensa semakin panjang bersamaan menambahnya umur serta bukanlah lantaran digunakan/tidaknya kacamata.
Ada pula asumsi kacamata janganlah terus menerus digunakan lantaran jadi bakal menaikkan minus. Ini dapat tidak masuk logika. Sama juga dengan asumsi bila kacamata mesti senantiasa digunakan supaya kelainan refraksi tidak lebih kronis. Perubahan ukuran bola mata sama dengan perubahan badan manusia. Ukuran bola mata bayi bakal lebih kecil daripada ukuran bola mata orang dewasa. Hal semacam ini bermakna dari saat bayi sampai saat dewasa sebenarnya berlangsung perubahan pada ukuran/dimensi bola mata. Pada 2 th. pertama yang sangatlah berkembang yaitu system optik dibagian depan mata (segmen depan), yakni sebesar 60 persen. Sesudah umur 2 th. segmen depan masih tetap berkembang namun telah tak demikian cepat.
Segmen belakang bakal tumbuh cepat waktu umur anak sekitar 4 hingga 15 th. yang lalu jadi lambat perubahannya serta berhenti di seputar umur 18 th.. Berarti, sisi belakang bola mata dimana retina ada semakin lama semakin panjang sesuai sama bertambahnya umur. Jadi bila pada umur 6 th. mata anak telah meraih minus dua, itu lantaran jarak retina ke lensa semakin panjang hingga minusnya juga bakal jadi tambah besar. Dengan kata lain, menambahkan minus pada umur perkembangan dapat disebutkan alamiah.
Selasa, 25 November 2014
artikel